REFLEKSI STRATEGIS KEPEMIMPINAN PANGERAN DIPONEGORO DALAM PERANG JAWA TAHUN 1825-1830 DALAM PENGUATAN FUNDAMENTAL STRATEGI PERANG RAKYAT SEMESTA INDONESIA
Keywords:
Strategi Perang Semesta, Pangeran DIponegoro, Refleksi, Strategi KepemimpinanAbstract
Sistem pertahanan rakyat semesta merupakan sistem pertahanan negara yang digunakan Indonesia dalam mempertahankan kedaulatan negara. Dalam Undang-Undang Republik Indonesia (UU RI) Nomor 3 Tahun 2002 tentang Pertahanan Negara, Pasal 1 ayat (1) disebutkan bahwa "Sistem pertahanan negara adalah sistem pertahanan yang bersifat semesta yang melibatkan seluruh warga negara, wilayah, dan sumber daya nasional lainnya, serta dipersiapkan secara dini oleh pemerintah dan diselenggarakan secara total, terpadu, terarah, dan berlanjut untuk menegakkan kedaulatan negara, keutuhan wilayah, dan keselamatan segenap bangsa dari segala ancaman". Dengan sistem pertahanan semesta, seluruh komponen bangsa turut serta memperjuangkan keutuhan dan tegaknya kedaulatan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia, serta keselamatan segenap bangsa dengan cara dan kemampuan masing-masing.
Peperangan-peperangan yang terjadi di Indonesia menjadi perumusan strategi pertahanan yang terbaik bagi Indonesia, yaitu strategi pertahanan semesta (Nurhuda, 2021). Salah satu perang yang fenomenal dalam sejarah Indonesia adalah Perang Jawa pada tahun 1825-2830 yang dipimpin oleh Pangeran Diponegoro dengan menggunakan taktik perang gerilya. Berdasarkan kegigihan Pangeran Diponegoro dalam melakukan perlawanan terhadap pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1825-1830, maka muncullah strategi perang yang luar biasa dengan menggalang kekuatan dari masyarakat sipil yang dilakukan oleh Pangeran Diponegoro yang saat ini dikenal dengan nama Sistem Pertahanan Rakyat Semesta (Sishanrata). Pangeran Diponegoro berhasil meyakinkan rakyat untuk bersama-sama melawan pemerintah kolonial Hindia Belanda dan mengusir penjajahan yang dilakukan oleh pemerintah Hindia Belanda. (Rusyadi, 2022). Perang Diponegoro hampir membuat pemerintah Hindia Belanda bangkrut dalam mendanai perang karena kombinasi motif agama dan sosial-ekonomi. Hal ini diperparah dengan taktik perang gerilya Pangeran Diponegoro yang berpindah-pindah dari satu daerah ke daerah lain. Taktik perang yang digunakan oleh pasukan Pangeran Diponegoro menyulitkan Belanda untuk memadamkan pemberontakan. Taktik perang Pangeran Diponegoro yang selalu berpencar dan berpindah-pindah dari satu tempat ke tempat lain dan kemudian menyerang ketika musuh lengah dikenal dengan taktik perang gerilya. (Sukrismiyati & Tri, 2015).
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2024 Indah Puspita Rukmi, Wayan
This work is licensed under a Creative Commons Attribution 4.0 International License.